Tasawwuf Tarekat Ma'rifat Menyimpang atau Sejalan?

Tasawwuf dan tarekat yang sesuai ajaran Islam adalah yang tetap berpegang teguh kepada syariah (tuntunan dan ajaran Islam). Di antaranya menunaikan shalat, puasa, zakat, dan berbagai kewajiban lainnya.

Sebab, syariat adalah landasan, sementara tarekat adalah sarana, lalu hakikat merupakan buahnya. Ketiganya tidak boleh dipisahkan, tetapi harus saling melengkapi. Siapa yang berpegang pada syariat, ia akan dapat meniti yang kedua (tarekat) hingga sampai kepada yang ketiga (hakikat dan kemudian makrifat). Namun, bukan berarti pula kalau sudah sampai kepada hakikat dan makrifat, lalu syariatnya ditinggalkan. Sebab jika tidak bertopang kepada syariat maka akan bertopang kepada ajaran setan yang menyimpang.

Karena itu, para ulama ahli tasawwuf memberikan satu kaidah untuk membentengi pengikutnya dari penyimpangan. Di antaranya ada kaidah yang terkenal, "Setiap hakikat yang bertentangan dengan syariat, ia merupakan bentuk kezindikan (penyimpangan)."

Imam kalangan sufi, Ahmad Zarwaq berkata, "Tidak ada tasawwuf tanpa fikih (syariat). Sebab, hukum Allah yang bersifat lahiriah (seperti shalat, puasa, dst) tidak diketahui kecuali dengannya. Sebaliknya tidak ada fikih (syariat) tanpa tasawwuf sebab amal yang diterima hanya yang dikerjakan dengan jujur dan ikhlas karena Allah. Nah, keduanya (tasawwuf dan fikih) hanya bisa terwujud dengan iman. Keduanya tidak absah kecuali dengan iman." Lihat Qawa'id at-Tasawwuf oleh Syeikh Ahmad Zarwaq).

Imam Malik rahimahullah juga berkata, "Siapa yang menjalani tasawwuf tanpa dibekali pemahaman terhadap syariat, ia telah menjadi zindik. Sebaliknya, siapa yang membekali diri dengan fikih (syariat) tapi tidak menjalani tasawwuf (tidak membersihkan hati), maka menjadi fasik. Nah siapa yang menggabungkan keduanya, ia telah mencapai hakikat."

Jadi jelas tidak boleh dipisahkan antara amaliah lahir (shalat dsb) dengan kebersihan batin. Contoh utama kita dalam hal ini adalah Rasul saw dan para sahabat. Rasul saw yang telah mencapai makrifat dan demikian pula sahabat, apakah mereka pernah meninggalkan shalat? meninggalkan puasa dan perintah lainnya? Tentu saja tidak.

Nah untuk mengenal lebih jauh tentang tasawwuf yang benar, bisa dibaca buku-buku karya Abdul Halim Mahmud (Mantan Rektor al-Azhar. Juga buku karya Ibnu Taymiyyah yang berjudul al-Furqan Bayna Awliya ar-Rahman wa Awliya asy-Syaythan (Beda antara Wali Allah dan Wali Setan).

Semoga Bermanfaat!

0 komentar on Tasawwuf Tarekat Ma'rifat Menyimpang atau Sejalan? :

Posting Komentar

Bomber SMS Massal Penambah Referal

GET HELP ( DAPAT BANTUAN ) DARI MMM INDONESIA

FOREX ANTI LOSE ( AKUN ISLAMI-NO SWAP )

 
Letakkan kode iklan disini